Oleh
: Muhammad Ardiansyah
1. Kromatografi
adalah suatu cara pemisahan dimana komponen-komponen yang akan dipisahkan
didistribusikan antara 2 fase, salah satunya yang merupakan fase stasioner
(diam), dan yang lainnya berupa fasa mobil (fasa gerak).Fase gerak dialirkan
menembus atau sepanjang fase stasioner. Fase diam cenderung menahan komponen
campuran, sedangkan fasa gerak cenderung menghanyutkannya. Berdasarkan
terikatnya suatu komponen pada fasa diam dan perbedaan kelarutannya dalam fasa
gerak, komponen-komponen suatu campuran dapat dipisahkan. komponen yang kurang
larut dalam fasa gerak atau yang lebih kuat terserap atau terabsorpsi pada fasa
diam akan tertinggal, sedangkan komponen yang lebih larut atau kurang terserap
akan bergerak lebih cepat. Jadi prinsip dasar pemisahan kimiadengan metode
kromatografi adalah kesetimbangan distribusi komponen-komponen senyawa sampel
antara ke dua fasa, yaitu fasa diam dan fasa gerak.
Contoh
aplikasinya :
Pemisahan
klorofil dari pigmen tumbuhan menggunakan serbuk CaCO3 dalam kolom (fasa diam)
dan petroleum eter (fasa gerak). pigmen
fotosintesis yang pertama kali muncul
adalah pigmen klorofil
b yang berwarna hijau muda, kemudian pigmen klorofil a yang berwarna
hijau tua.
No.
|
Pigmen
|
Jarak
tempuh pelarut
|
Jarak
tempuh pigmen
|
Rf
|
1.
|
Klorofil
a
|
15
cm
|
0,8
cm
|
0,053
|
2.
|
Klorofil
b
|
15
cm
|
11,5
cm
|
0,767
|
Klorofil
b mempunyai jarak tempuh
yang paling dekat,dibanding dengan klorofil a. Jarak yang ditempuh oleh
pigmen klorofil ini tergantung dari berat molekul klorofil tersebut. Jika berat
molekulnya rendah atau ringan, maka pigmen fotosintesis akan terbawa larutan
kromatografi lebih jauh. Sebaliknya, jika berat molekul pigmen besar, maka
pigmennya pun akan terbawa lebih dekat. Jadi
terbukti bahwa klorofil
yang mempunyai berat
molekul yang lebih
besar akan menempuh jarak yang
lebih dekat atau dengan kata lain
pigmen klorofil b tampak terlebih
dahulu.
2. Yang
menyebabkan kromatografi modern sangat mampu memisahkan campuran dibanding
metode metode kromatografi biasa (kolom) adalah sebagai berikut :
a. Kecepatan
(speed)
Kecepatan
dalam analisis suatu sampel menjadi aspek yang sangat penting dalam hal
analsis. Selain itu kromatografi modern memberikan andil dengan maksimal dalam
perhatian kepada kondisi lingkungan yang dari hari ke hari jumlah sampel yang
mau dianalisis semakin bertambah.
b. Sensitivitas
(sensitivity)
Dengan
berkembangnya teknologi mikroprosesor, mulailah orrang menkombinasikannya
dengan efisiensi kolom pemisah, mulai skala konvensional (ukuran diameter dalam
millimeter) sampai skala mikro yang biasa juga disebut microcolum. Sehingga
walaupun hanya dengan jumlah sampel yang sedikit, kandungan senyawa dalam
sampel tersebut dapat terdeteksi dengan baik.
c. Seelektivitas
( selectivity)
Dengan
system ini, bisa dilakukan pemisahan berdasarkan keinginan, misalnya
kation/anion organic saja atau kation/anion anorganik yang ingin dipisahkan. Sehingga
kita bias mendapatkan data sesuai dengan apa yang kita analisis.
d. Pendeteksian
yang serempak (simultaneous detection)
Pendeteksian
senyawa-senyawa yang terkandung didalam sampel dapat dianalisis dengan satu
kali injek untuk sebuah sampel, sehingga dapat menekan biaya operasional,
memperkecil jumlah limbah saat analisis berlangsung, memperpendek waktu
analisis serta dapat memaksimalkan hasil yang diinginkan.
e. Kestabilan
pada kolom pemisah (stability of the separator column)
Kebanyakan
kolom pemisah bisa bertahan pada perubahan yang terjadi pada sampel, misalnya
konsentrasi sapel yang terlalu tinggi, tidak akan mempengaruhi kestabilan
material penyusun kolom.
f. Efisiensi
maksimum (maximum efficiensy)
Kromatografi
modern mempunyai efisiensi maksimum karena dilengkapi dengan pengatur
temperature dan juga tangki-tangki pelarut yang pengaturannya dikendalikan oleh
computer. Dengan demikian untuk memisahkan lima buah senyawa aromatic yang
mempunyai struktur mirip dapat dilakukan hanya dalam waktu 60 detik.
3. Kromatografi
fluida superkritik dan profil kromatografi misel cair
a. Kromatografi
fluida superkritik
Kita
pada umumnya mengenal dengan baik tiga wujud klasik materi, yaitu padat, cair
dan gas. Materi dapat mengalami perubahan keadaan dari satu wujud ke wujud
lainnya tergantung suhu dan tekanan yang dialaminya, dan ini biasanya
digambarkan dengan suatu diagram yang biasa dikenal sebagai diagram fase. Pada
diagram tersebut ada dua titik yang penting untuk diperhatikan, yaitu titik
tripel (triple point) dan titik kritik (critical point). Titik tripel adalah
suhu dan tekanan di mana fase padat, cair dan gas hadir bersamaan dalam suatu
kesetimbangan yang dinamik. Sedangkan titik kritik adalah suhu dan tekanan
tertinggi di mana suatu zat masih dapat mempertahankan kesetimbangan antara
fase gas dan cairnya. Di atas titik ini
materi berubah wujud menjadi sesuatu yang bukan gas dan bukan pula zat cair.
Secara termodinamika materi tersebut sebetulnya dapat didefinisikan sebagai
gas, atau lebih tepatnya gas yang dimampatkan, karena terdiri hanya atas satu
fase dan memenuhi seluruh bagian ruang penyimpannya. Akan tetapi,
sifat-sifatnya yang berbeda dari gas biasa memerlukan penyebutan yang berbeda
dan spesifik, sehingga digunakan istilah fluida superkritik (supercritical
fluids – SCF) yang dipandang lebih sesuai. Gambar berikut di bawah ini
memperlihatkan diagram fase dan tahap perubahan fase karbon dioksida dari cair
dan gas menjadi fluida superkritik seiring dengan kenaikan suhu.
Gambar 1. Diagram Fasa CO2
Gambar
2. Tahap Perubahan fasa Karbon Dioksida
Tabel berikut di bawah ini
memperlihatkan perbandingan sifat-sifat fisika zat cair, gas dan fluida
superkritik. Bisa diamati bahwa fluida
superkritik mempunyai gabungan sifat-sifat zat cair dan gas. Berat jenisnya
sepadan dengan berat jenis zat cair, sementara viskositasnya setara dengan gas,
dan tingkat difusinya berada di antara gas dan zat cair. Dengan sifat-sifat tersebut
ia dapat menembus materi padatan lebih cepat daripada pelarut dari zat cair dan
mampu dengan cepat pula membawa zat terlarut dari dan ke dalam padatan.
Keistimewaan fluida superkritik terutama ada pada sifat dan daya pelarutannya
yang dapat diubah dan diatur menurut suhu dan tekanannya. Ini merupakan kunci
bagi aplikasinya sebagai media pelarut dan media transpor di banyak proses
industri.
Tabel
1. Sifat Fisika Fluida Superkritik dan Titik Kritik Beberapa Senyawa Kimia
Teknologi fluida superkritik sudah sejak
lama dimanfaatkan untuk membantu proses industri seperti ekstraksi pada
industri makanan dan pemurnian pada industri farmasi, dan juga sebagai teknik
analisa, yaitu kromatografi fluida superkritik. Karbon dioksida (CO2)
menjadi pilihan bagi banyak proses dengan teknologi fluida superkritik karena
(1) tidak mudah terbakar, (2) tidak beracun, (3) murah, dan (4) titik kritiknya
relatif rendah, yaitu 31,3°C dan 72,9 atm (lihat Tabel 1). Air memiliki suhu
dan tekanan kritik jauh lebih tinggi, yaitu 374,2°C dan 217,6 atm, sedangkan
propana (Tc = 96,8°C dan Pc = 42 atm) dan etana (Tc = 32,4°C dan Pc = 48,2 atm)
jelas mempunyai tekanan kritik lebih rendah tapi mudah terbakar. Keuntungannya
yang lain adalah ketersediaannya yang melimpah dari alam dan dari hasil
produk-samping berbagai proses industri serta mudah pula didaur-ulang. Ini
semua boleh dibilang memenuhi kriteria kimia hijau (green chemistry) yang
mensyaratkan "carrying out chemical activities – including chemical
design, manufacture, use, and disposal – such that hazardous substances will
not be used and generated", yaitu agar segala kegiatan yang melibatkan
zat-zat kimia – termasuk perancangan, pembuatan, pemakaian, maupun
pembuangannya –dikerjakan sedemikian rupa hingga tidak memerlukan pemakaian
ataupun menghasilkan zat-zat berbahaya.
b. Profil
kromatografi misel cair
Kromatografi
cair misel (MLC) adalah mode fase-terbalik kromatografi cair (RPLC) dengan
larutan surfaktan, yang mengandung gugus fungsi ionik maupun non-ionik pada
konsentrasi yang melebihi konsentrasi misel kritis (cmc), sebagai fase gerak.
Dan misel ditambahkan pada monomer surfaktan sebagai fase gerak.
sedangkan fase diam dilapisi dengan monomer adsorpsi surfaktan, membentuk
permukaan mirip dengan bagian luar misel. Keberadaan misel dalam fase gerak dan
modifikasi permukaan fase diam mempengaruhi retensi, selektivitas dan
efisiensi. zat terlarut non-polar dielusi fase
gerak dengan baik zat terlarut non-ionik atau ionik surfaktan dan terionisasi
dielusi dengan fase gerak surfaktan non-ionik hanya akan menyukai non-polar,
dipol-dipol dan donor-akseptor proton interaksi dengan misel dan fase diam. terionisasi
zat terlarut juga akan berinteraksi elektrostatis dengan lapisan luar dari
misel ion dan lapisan surfaktan dikenakan pada fase diam. Dalam hal apapun,
faktor sterik juga penting. Zat terlarut dipisahkan berdasarkan partisi
perbedaan antara fasa air diam dan misel dalam fase gerak, dan antara fasa air
gerak dan fase diam.
Gambar
3. Berbagai karakteristik misel
MLC
memanfaatkan perangkat keras yang sama (pompa, injector, tubing, detektor, dll)
sebagai RPLC klasik dengan campuran pelarut-air organik. Karakteristik paling
menarik yang ditawarkan oleh MLC sehubungan dengan RPLC klasik adalah
fleksibilitas yang besar yang dihasilkan oleh berbagai jenis zat terlarut-misel
dan interaksi solut-dimodifikasi fase diam, perubahan selektivitas, overlaping
tailing untuk obat dasar dikromatografi dengan kolom konvensional , analisis
sampel yang mengandung senyawa dalam berbagai polaritas menggunakan elusi
isokratik, dan injeksi langsung cairan fisiologis, menghindari pengotor
pra-pengobatan yang diperlukan dalam RPLC klasik.
Meskipun
murni fase gerak misel kadang-kadang digunakan, pemisahan yang paling dalam MLC
dilakukan dengan hibrida fase gerak misel dalam media buffer, yaitu larutan
misel yang mengandung sejumlah kecil dari suatu pelarut organik, terutama
alkohol rantai pendek, dengan propanol menjadi paling umum. Stabilitas
yang tepat dari fase gerak misel sangat penting. Sebuah
surfaktan yang cocok untuk MLC harus memiliki cmc rendah. Sebuah cmc tinggi
akan berarti beroperasi pada konsentrasi surfaktan yang tinggi, yang akan
menghasilkan solusi kental, memberikan tekanan sistem yang tidak diinginkan
tinggi dan kebisingan latar belakang detektor UV. Pemilihan sering terbatas
pada surfaktan berikut ini: anionik sodium dodecyl sulfat (SDS), yang bromida
cetyltrimethylammonium kationik (CTAB) dan non ionik Brij-35.
Pemilihan
pengubah pelarut organik yang sesuai di MLC harus mempertimbangkan polaritas
dari analit. Untuk senyawa polar, waktu retensi cukup pendek (di bawah 20
menit) diperoleh dengan 1-propanol, 2-propanol atau asetonitril. Untuk senyawa
non-polar atau senyawa dengan afinitas tinggi untuk surfaktan teradsorpsi pada
fase diam, pelarut kuat sebagai 1-butanol atau 1-pentanol yang needed. Namun,
perlu dicatat bahwa kedua alkohol terakhir menimbulkan pembentukan konsentrasi
mikroemulsi di cukup tinggi.
Salah
satu fitur yang paling menarik dari MLC adalah kemungkinan injeksi langsung
cairan fisiologis (misalnya, urine, plasma, serum dan susu) tanpa perawatan pra
lain-selain filtrasi, dengan tidak ada peningkatan tekanan sistem atau tidak
ada kerusakan terlihat setelah serial berulang injection protein, mempercepat gerak
kolom yang tersapu tanpa bahaya. Hal ini dapat mempengaruhi deteksi senyawa
sisa rendah. Namun, perlu dicatat bahwa SDS adalah surfaktan hanya biasa
digunakan dalam MLC yang efisien solubilizes protein dalam matriks fisiologis.
Juga, adalah praktik yang baik untuk mencegah kontaminasi kolom mungkin dengan
cara pengenceran atau penyaringan sampel sebelum injeksi. Beberapa contoh,
seperti serum, perlu sentrifugasi sebelum analisis kromatografi. Ini sedikit
pra-perawatan meminimalkan paparan kolom untuk senyawa yang tidak diinginkan.
4. Kromatogafi
Gas dan kromatografi Cair
A. Kromatografi
Gas
Dalam
kromatografi gas, fase bergeraknya dalah gas dan zat terlarut terpisah sebagai
uap. Pemisahan tercapai dengan partisi sampel antara fasa gas bergerak dan fasa
diam berupa cairan dengan titik didih tinggi (tidak mudah menguap) yang terikat
pada zat padat penunjangnya. Sedangkan dalam kromatografi padat-gas, digunakan
suatu zat padat penyerap. Ide untuk memfraksionasikan gas-gas dengan menginteraksikannya
terhadap suatu zat padat atau cairan tidak bergerak memalui suatu aksi selektif
terhadap suatu komponen tertentu, pertama kali disarankan pada tahun 1941.
Metode ini menjadi populer setelah tahun 1955. Pemakaian zat cair sebagai fasa
diam ternyata lebih meluas dibandingkan zat padat, sehingga teknik ini
kadangkala dikenal sebagai kromatografi gas-cair.
Prinsip Kerja Kromatografi Gas
Senyawa gas yang sedang dianalisis berinteraksi
dengan dinding kolom yang dilapisi dengan berbagai tahapan fasa diam. Ini
menyebabkan setiap kompleks elute diwaktu yang berbeda, yang dikenal sebagai
ingatan waktu yang kompleks. Perbandingan dari ingatan kali yang memberikan
kegunaan analisis kromatografi gasnya. Kromatografi gas yang pada prinsipnya
sama dengan kromatografi kolom (serta yang lainnya untuk kromatografi, seperti
HPLC, TLC), tetapi memiliki beberapa perbedaan penting. Pertama, proses memisahkan
senyawa alam campuran dilakukan antara fasa cair diam dan fasa gas gerak,
sedangkan pada kromatografi kolom yang seimbang adalah tahap yang solid dan
bergerak adalah fasa cair. Kedua, melalui kolom yang lolos tahap gas terletak
disebuah ovendimana temperatur gas yang dapat dikontrol, sedangkan kromatografi
kolom (biasanya) tidak memiliki kontrol seperti suhu. Ketiga, konsentrasi
majemuk dalam fasa gas adalah hanya salah satu fungsi dari tekanan uap dari
gas.
Cara
Kerja Kromatografi Gas
Sampel
diinjeksikan melalui suatu sampel injection port yang temperaturnya dapat
diatur, senyawa-senyawa dalam sampel akan menguap dan akan dibawa oleh gas
pengemban menuju kolom. Zat terlarut akan taradsorpsi pada bagian atas kolom
oleh fasa diam, kemudian akan merambat dengan laju rambatan masing-masing
keomp[onen yang sesuai dengan nilai Kd masing-masing komponen tersebut.
Komponen-kompomnen tersebut terelusi sesuai dengan urut-urutan makin membesarnya
nilai koefisien partisi (Kd) menuju ke detektor. Detektor mencatat sederetansinyal
yang timbul akibat perubahan konsentrasi dan perbedaan laju elusi. Pada alat
pencatat sinyal ini akan tampak sebagai kurva antara waktu terhadap komposisi
aliran gas pembawa.
Skema
Alat Kromatografi Gas
B. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (HPLC)
Kromatografi HPLC adalah salah satu
pengembangan kromatografi cair. HPLC didefinisikan sebagai kromatografi cair
yang dilakukan dengan memakai fasa diam yang terikat secara kimia pda penyangga
halus yang distribusi ukurannya sempit (kolom) dan fasa gerak yang dipaksa
mengalir dengan laju alir yang tekendali dengan memakai tekanan tinggi sehingga
menghasilkan pemisahan dengan resolusi tinggi dan waqktu yang relativ singkat. Fasa
gerak dalam HPLC adalah berupa zat cair dan disebut juga eluen atau pelarut.
Berbeda dengan kromatografi gas, HPLC mempunyai lebih banyak pilihan fasa
gerak, dibandingkan fasa gerak untuk kromatografi gas. Dalam kromatografi gas,
fasa gerak hanya sebagai pembawa solut melewati kolom menuju detektor.
Sebaliknya, dalam HPLC, fasa gerak selain berfungsi membawa komponen-komponen
campuran menuju detektor, fasa gerak depat berinteraksi dengan solut-solut.
Oleh karena itu, fasa gerak dalm HPLC merupakan salah satu factor penentu keberhasilan
dalam proses pemisahan. Kolom utama
berisis fasa diam dan jenisnya bervariasi bergantung keperluan. Fasa diam jenis
terikat dapat dengan mereaksikan silika denan alkilklorosilana yang dikenal
dengan reaksi silanisasi.
Prinsip
Kerja Kromatografi HPLC
Dalam metode kromatografi cair ini
digunakan kolom tabung gelas dengan bermacam-macam diameter. Pertikel dengan
dimensi yang bervariasi digunakan sebagaipenunjang statsioner. Banyaknya cairan
pada kolom jumlahnya sedemikian rupa sehingga hanya cukup menghasilkan sedikit
tekanan untuk memelihara aliran fasa bergerak yang seragam. Secara keseluruhan
pemisahan ini memerlukan waktu lama. Berbagai usaha telah dilakukan untuk
menambah laju aliran tanpa mengubah tinggi piringan teoritis kolom. Penurunan
ukuran partikel menunjukan satasioner tidak selalu menguntungkan kromatografi
cair kinerja tinggi (HPLC) dan berbeda dari kromatografi cair klasik. HPLC
menggunakan kolom dengan diameter sekitar 2-8 mm dengan ukkuran panjang
partikel 50 mm, sedangkan laju alilran dipertinggi dengan tekanan yang tinggi.
Kerja HPLC pada prinsipnya adalah pemisahan analit-analit berdasarkan kepolarannya, alatnya terdiri dari kolom (sebagai fasa diam) dan larutan tertentu sebagai fasa geraknya. Yang paling membedakan HPLC dengan kromatografi lainnya adalah pada HPLC digunakan tekanan tinggi untuk mendorong fasa gerak. Fasa diam yanng biasa digunakan (pada kolom) HPLC jenis fasa terbalik dimana R adalah rantai alkana C-18 atau C-8. Sementara fas geraknya berupa larutan yang diatur komposisinya (gradien elusi). Misalnya air: asetonitril (80:20). Hal ini bergantung pada kepolaran anallit yang akan dipisahkan. Campuran analit akan terpisah berdasarkan kepolarannya, dan kecepatan untuk sampai ke detektor (waktu retensinya) akan berbeda, hal ini akan teramati pada spektrum yang puncak-puncaknya terpisah.
Kerja HPLC pada prinsipnya adalah pemisahan analit-analit berdasarkan kepolarannya, alatnya terdiri dari kolom (sebagai fasa diam) dan larutan tertentu sebagai fasa geraknya. Yang paling membedakan HPLC dengan kromatografi lainnya adalah pada HPLC digunakan tekanan tinggi untuk mendorong fasa gerak. Fasa diam yanng biasa digunakan (pada kolom) HPLC jenis fasa terbalik dimana R adalah rantai alkana C-18 atau C-8. Sementara fas geraknya berupa larutan yang diatur komposisinya (gradien elusi). Misalnya air: asetonitril (80:20). Hal ini bergantung pada kepolaran anallit yang akan dipisahkan. Campuran analit akan terpisah berdasarkan kepolarannya, dan kecepatan untuk sampai ke detektor (waktu retensinya) akan berbeda, hal ini akan teramati pada spektrum yang puncak-puncaknya terpisah.
Cara Kerja HPLC
Adapun cara kerja dalam metode HPLC
ini adalah sebagai berikut :
a. Instrumen diperiksa, terutama jika tidak dipakai terus-menerus
a. Instrumen diperiksa, terutama jika tidak dipakai terus-menerus
Ini
dilakukan untuk menecek apakah telah dipasanga kolom yang tepat, apakah
spektrum injektor tidak rusak (apakah ada lubang besar atau bocor karena sering
dipakai), apakah sambungan saluran gas kadap, apakah tutp tanur tertutup,
apakah semua bagian listrik bekarja dengan baik, dan apakah detaktor yang
terpasang sesuai.
b. Aliran gas ke kolom dimulai atau
disesuaikan
Ini dilakukan dengan membuka katup uatama pada tangki gas
dan kemudian memutar katup (diafragma) sekunder sekitar 15 psi dan membuka
katup jarum sedikit. Ini memungkinkan aliran gas yang lambat (2-5 ml)/menit
untuk kolom kemas dan sekitar 0,5ml/menit untuk kolo, kapiler melewati sistem
dan melindungi kolom dan detektor terehadap perusakan secara oksidasi. Dalam
banyak instrumen modern, aliran gas dapat diukur dengan rotameter atau aliran
otomatis atau pengendali tekanan, atau dapt dimasukkna melalui modul pengendali
berlandas mikroprosesor. Apapun jenisnya, sambungan sistem (terutama sambungan
kolom) harus dicek denga larutan sabun untuk mengetahui apakah ada yang bocor,
atau dengan larutan khusus untuk mendeteksi kebocoran (SNOOP), atau dapat juga
dengan larutan pendeteksi kebocoran niaga.
c. Kolom dipanaskan sampai suhu awal
yang dikehendaki
Ini
dilakukan, pada instrumen, buatan lama dengan memutar transformator tegangan
perubah yang mengendalikan gelungan pemanas dalam tanur sekitar 90 V.
Skema
Alat HPLC
0 komentar:
Posting Komentar