I. PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia pada
umumnya diciptakan dengan kesempurnaan akal. Hal inilah yang membedakan manusia
dengan hewan dan tumbuhan. Manusia juga diberikan suatu sifat yang tidak
dimiliki oleh makhluk yang lainnya, yakni sifat selalu dan serba ingin tahu.
Dengan keistimewaan itu pula manusia disebut sebagai satu-satunya makhluk yang
mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh. Makhluk lain seperti binatang
juga mempunyai pengetahuan, akan tetapi pengetahuan yang ada padanya hanya
terbatas pada kelangsungan hidupnya semata. Sedang manusia mengembangkan
pengetahuannya itu untuk mengatasi kebutuhan kelangsungan hidupnya dan tidak
henti-hentinya memikirkan hal-hal baru, karena manusia hidup sebenarnya tidak
sekedar untuk kelangsungan hidup, namun lebih dari itu.
Kuda memang bisa
berlari secepat-cepatnya,tetapi manusia dengan pengetahuannya mampu menciptakan
kendaraan setara dengan empat ribu tenaga kuda seperti mobil sporty Ferrari.
Pohon memang bisa tumbuh tinggi, besar, kuat dan umumnya lama,tapi manusia
dengan pengetahuannya juga mampu membangun gedung mewah,megah,dan pencakar
langit. Dalam hidup dan kehidupannya, manusia mengembangkan kebudayaan, memberi
makna kepada kehidupannya serta berusaha memanusiakan diri dalam hidupnya. Pada
dasarnya semua itu menunjukkan bahwa manusia dalam hidupnya memiliki
tujuan-tujuan tertentu yang lebih tinggi dari sekedar untuk kelangsungan
hidupnya.
Pengetahuan
sendiri secara umum merupakan segala sesuatu yang diperoleh manusia melalui pengamatan.
Ketika seseorang mengamati
sesuatu hal atau kejadian yang belum atau pernah ia alami sebelumnya, maka
hasilnya adalah pengetahuan. Terkadang pengetahuan muncul tanpa
disadari,sebagai contoh ketika kita sedang pergi kesuatu tempat yang belum pernah
kita kunjungi sebelumnya,secara langsung maupun tidak langsung kita akan
memiliki pengetahuan tentang tempat itu (misalnya ; jaraknya, cuacanya,
masyarakatnya, dan lain-lain).
Inilah
pentinganya untuk mengetahui dasar-dasar pengetahuan. Dengan mengetahui dan
memahami dasar-dasar pengetahuan, kita akan
mengetahui unsur-unsur yang dapat membantu manusia untuk memiliki
pengetahuan dan berfungsi mengatasi masalah dalam kehidupan sehari-hari.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang di
atasmaka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah definisi dan jenis
pengetahuan?
2. Apakah hakikat pengetahuan?
3. Apakah dasar-dasar pengetahuan?
C.
Tujuan
Adapun
tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Mengetahui
apa yang dimaksud dengan pengetahuan dan jenis pengetahuan
2. Mengetahui
hakikat pengetahuan
3. Mengetahui
dasar-dasar pengetahuan
II.
PEMBAHASAN
A.
Definisi
dan Jenis Pengetahuan
Secara
etimologi pengetahuan yang dalam bahasa inggris yaitu knowledge adalah
kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief). Sedangkan secara
terminologi, menurut Drs. Sidi Gazaliba, pengetahuan adalah apa yang diketahui
atau hasil dari pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari
kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Jadi semua pengetahuan itu adalah
milik dari isi pikiran jadi pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha
manusia untuk tahu.
Loren
Bagus dalam kamus filsafatnya menjelaskan bahwa pengetahuan adalah proses
kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri. Pada
peristiwa ini yang mengetahui (subjek) memiliki yang diketahui (objek) di dalam
dirinya sendiri yang sedemikian aktif, sehingga yang mengetahui itu menyusun
yang diketahui itu pada dirinya sendiri dalam kesatuan aktif. Dalam arti luas
pengetahuan berarti semua kehadiran intensional objek dalam subjek. Tetapi
dalam arti sempit dan berbeda dengan imajinasi atau pemikiran belaka,
pengetahuan hanya berarti putusan yang benar dan pasti (kebenaran; kepastian).
Di sini subjek sadar akan hubungan-hubungannya sendiri dengan objek dan sadar
akan hubungan objek dengan eksistensi. Pada umumnya, adalah tepat kalau
mengatakan pengetahuan hanya merupakan pengalaman “sadar”. Karena sangat sulit
melihat bagaimana persisnya suatu pribadi dapat sadar akan suatu eksisten tanpa
kehadiran eksisten itu didalam dirinya. Sedangkan orang pragmatis yang
direpresentasikan oleh Jhon dewey, mereka tidak membedakan pengetahuan dengan
kebenaran. jadi kebenaran harus benar, kalau tidak benar maka itu kontradiksi.
Dari
beberapa pengertian tentang pengetahuan diatas, dari berbagai aspek dan sudut
pandangnya, ada juga yang mengatakan bahwa pengetahuan adalah kebenaran dan
kebenaran adalah pengetahuan, maka pastilah dalam kehidupan manusia terdapat
pengetahuan dan kebenaran.
Burhanuddin Salam mengklasifikasikan bahwa
pengetahuan yang diperoleh manusia dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok,
yaitu:
1.
Pengetahuan biasa (common sense) yaitu pengetahuan
biasa, atau dapat kita pahami bahwa pengetahuan ini adalah pengetahuan yang
karena seseorang memiliki sesuatau karena menerima secara baik. Orang menyebut
sesuatu itu merah karen memang merah, orang menyebut benda itu panas karena
memang benda itu panas dan seterusnya.
2.
Pengetahuan Ilmu (science) yaitu ilmu pengetahuan yang
bersifat kuantitatif dan objektif, seperti ilmu alam dan sebagainya.
3.
Pengetahuan Filsafat, yakni ilmu pengetahuan yang diperoleh
dari pemikiran yang bersifat kontemplatif dan spekulatif. Pengetahuan filsafat
lebih menekankan pada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu.
4.
Pengetahuan Agama, yaitu pengetahuan yang hanya didapat
dari Tuhan lewat para utusan-Nya. Pengetahuan agama bersifat mutlak dan wajib diyakini
oleh para pemeluk agama
Jadi
perbedaan antara pengetahuan dan ilmu adalah jika pengetahuan (knowledge)
adalah hasil tahu manusia untuk memahami suatu objek tertentu sedangkan ilmu
(science) adalah pengetahuan yang bersifat positif dan sistematis.
B.
Hakikat
Pengetahuan
Pengetahuan pada
dasarnya adalah keadaan mental. Mengetahui sesuatu adalah menyusun pendapat
tentang suatu objek, dengan kata lain menyusun gambaran tentang fakta yang ada
diluar akal. Persoalannya kemudian adalah apakah gambar itu sesuai dengan fakta
atau tidak? Apakah gambaran itu benar? Atau apakah gambaran itu dekat dengan
kebenaran atau jauh dari kebenaran?
Ada dua teori
untuk mengetahui hakikat pengetahuan, yaitu:
1.Realisme
Teori ini mempunyai pandangan realistis terhadap alam. Pengetahuan menurut realisme adalah gambaran atau copy yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata (dari fakta atau hakikat). Pengetahuan atau gambaran yang ada dalam akal adalah copy dari yang asli yang ada di luar akal. Hal ini tidak ubahnya seperti gambaran yang terdapat dalam foto. Dengan demikian, realisme berpendapat bahwa pengetahuan adalah benar dan tepat bila sesuai dengan kenyataan.
Teori ini mempunyai pandangan realistis terhadap alam. Pengetahuan menurut realisme adalah gambaran atau copy yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata (dari fakta atau hakikat). Pengetahuan atau gambaran yang ada dalam akal adalah copy dari yang asli yang ada di luar akal. Hal ini tidak ubahnya seperti gambaran yang terdapat dalam foto. Dengan demikian, realisme berpendapat bahwa pengetahuan adalah benar dan tepat bila sesuai dengan kenyataan.
2.Idealisme
Idealisme adalah menegaskan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan yang benar-benar sesuai dengan kenyataan adalah mustahil. Pengetahuan adalah proses-proses mental atau proses psikologis yang bersifat subjektif. Oleh karena itu, pengetahuan bagi seorang idialis hanya merupakan gambaran subjektif dan bukan gambaran objektif tentang realitas. Subjektif dipandang sebagai suatu yang mengetahui, yaitu dari orang yang membuat gambaran tersebut. Karena itu, pengetahuan menurut teori ini tidak menggambarkan hakikat kebenaran. Yang diberikan pengetahuan hanyalah gambaran menurut pendapat atau penglihatan orang yang mengetahui atau (subjek).
Idealisme adalah menegaskan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan yang benar-benar sesuai dengan kenyataan adalah mustahil. Pengetahuan adalah proses-proses mental atau proses psikologis yang bersifat subjektif. Oleh karena itu, pengetahuan bagi seorang idialis hanya merupakan gambaran subjektif dan bukan gambaran objektif tentang realitas. Subjektif dipandang sebagai suatu yang mengetahui, yaitu dari orang yang membuat gambaran tersebut. Karena itu, pengetahuan menurut teori ini tidak menggambarkan hakikat kebenaran. Yang diberikan pengetahuan hanyalah gambaran menurut pendapat atau penglihatan orang yang mengetahui atau (subjek).
C.
Dasar-dasar
Pengetahuan
Dasar-dasar pengetahuan meliputi penalaran,
logika, sumber pengetahuan dan kriteria kebenaran.
1.
Penalaran
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
Manusia pada hakikatnya merupakan mahluk yang berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak. Sikap
dan tindakan yang bersumber pada pengetahuan yang didapatkan lewat kegiatan merasa atau berpikir. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan merasa atau berpikir. Penalaran
menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan.
Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk menemukan pengetahuan yang benar. Apa yang disebut
benar bagi tiap orang adalah tidak sama oleh sebab itu kegiatan
proses berpikir untuk menghasilkan pengetahuan
yang benar itupun berbeda-beda dapat dikatakan bahwa tiap jalan pikiran mempunyai apa yang disebut sebagai
kriteria kebenaran, dan kriteria kebenaran ini merupakan landasan bagi proses kebenaran tersebut. Penalaran merupakan suatu proses penemuan kebenaran di mana tiap-tiap jenis penalaran mempunyai kriteria
kebenaran masing-masing.
Sebagai suatu kegiatan berpikir maka penalaran
mempunyai ciri-ciri :
1.
Adanya suatu pola berpikir yang secara luas
dapat disebut logika( penalaran merupakan suatu proses berpikir logis ), dan tiap penalaran mempunyai logika tersendiri atau dapat juga disimpulkan bahwa
kegiatan penalaran merupakan
suatu kegiatan berpikir logis, dimana berpikir logis di sini harus diartikan sebagai
kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu atau logika tertentu.
2.
Sifat analitik dari proses berpikirnya. Penalaran merupakan
suatu kegiatan berpikir yang menyandarkan diri kepada suatu analisis dan kerangka berpikir yang digunakan
untuk analisis tersebut adalah logika penalaran yang bersangkutan. Artinya penalaran ilmiah
merupakan kegiatan
analisis yang mempergunakan logika ilmiah, dan demikian juga penalaran lainnya
yang mempergunakan logikanya tersendiri. Sifat analitik ini merupakan konsekuensi dari suatu pola berpikir
tertentu.
2.
Logika
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir ituharus dilakukan cara tertentu.
Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau proses penarikan kesimpulan tersebut dilakukan
menurut cara. Cara penarikan
kesimpulan ini disebut
logika, di mana logika secara luas dapat didefenisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir secara sahih.”1 Terdapat bermacam-macam cara penarikan kesimpulan, namun untuk sesuai dengan dengan tujuan studi yang memusatkan diri kepada penalaran
maka hanya difokuskan kepada dua jenis penarikan kesimpulan, yakni logika induktif dan logika deduktif.
Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi
kesimpulan bersifat umum. Sedangkan logika deduktif, menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umu menjadi
kasus yang bersifat individual (khusus).
a. Induksi
Induksi merupakan cara berpikir di mana ditarik
dari suatau kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai
kasus yang bersifat individu. Penalaran secara induktif dimulai dengan
mengemukakan pernyataan-pernyataan yang bersifat khas dan dan terbatas dalam
menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Kesimpulan yang bersifat umum ini penting
artinya karena mempunyai dua keuntungan.
· Bersifat ekonomis.
· Dimungkinkannya proses penalaran selanjutnya.
b.
Deduksi
Penalaran deduktif adalah kegiatan berpikir
yang sebalikny dari penalaran induktif.
Deduksi adalah cara berpikir
dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat
khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan pola berpikir
yang dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari dua buah pertanyaan dan satu kesimpulan. Pernyataan yang mendukung silogismus ini disebut premis yang kemudian
dapat dibedakan sebagai
premis mayor dan premis minor. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif berdasarkan kedua premis tersebut.
Jadi
ketepatan penarikan kesimpulan tergantung pada tiga hal yakni kebenaran premis mayor, kebenaran premis minor, dan keabsahan penarikan kesimpulan.
Sekiranya salah satu dari ketiga unsur tersebut persyaratannya tidak dipenuhi maka kesimpulan yang akan ditariknya akan salah. Matematika adalah pengetahuan yang disusun secara deduktif.
3. Sumber Pengetahuan
Setelah kita mengetahui tentang hakikat pengetahuan dan
pemaparan kedua madzhab yang menjelaskan hakikat ilmu itu sendiri, maka yang
menjadi pertanyaan lanjutan adalah dari mana pengetahuan itu bersumber?
Pengetahuan yang ada pada kita diperoleh dengan menggunakan berbagai alat yang
merupakan sumber pengetahuan tersebut.
Dalam hal ini ada beberapa pendapat tentang sumber
pengetahuan:
1.Empirisme
Kata ini berasal dari kata Yunani empeirikos, artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Dan bila dikembalikan kepada kata Yunaninya, pengalaman yang dimaksud ialah pengalaman inderawi.
Dengan inderanya, manusia dapat mengatasi taraf hubungan yang semata-mata fisik dan masuk ke dalam medan intensional, walaupun masih sangat sederhana. Indera menghubungkan manusia dengan hal-hal konkret-material.
1.Empirisme
Kata ini berasal dari kata Yunani empeirikos, artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalamannya. Dan bila dikembalikan kepada kata Yunaninya, pengalaman yang dimaksud ialah pengalaman inderawi.
Dengan inderanya, manusia dapat mengatasi taraf hubungan yang semata-mata fisik dan masuk ke dalam medan intensional, walaupun masih sangat sederhana. Indera menghubungkan manusia dengan hal-hal konkret-material.
Pengetahuan inderawi bersifat parsial. Itu disebabkan oleh
adanya perbedaan antara indra yang satu dengan indra yang lainnya, berhubungan
dengan sifat khas fisiologis indera dan dengan objek yang dapat ditangkap
sesuai dengannya. Masing-masing indra menangkap aspek yang berbeda mengenai
barang atau makhluk yang menjadi objeknya. Jadi pengetahuan inderawi berada
menurut perbedaan indera dan terbatas pada sensibilitas organ-organ tertentu.
2.Rasionalisme
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek.
Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur dengan akal. Manusia memperoleh pengetahuan melalui kegiatan menangkap objek.
Dalam penyusunan ini akal menggunakan konsep-konsep rasional
atau ide-ide universal. Konsep tersebut mempunyai wujud dalam alam nyata yang
bersifat universal. Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip universal adalah
abstraksi dari benda-benda kongkret, seperti hukum kausalitas atau gambaran
umum tentang benda tertentu. Kaum rasionalis yakin bahwa kebenaran hanya dapat
ada di dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan akal budi saja.
3.Intuisi
Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Seseorang yang sedang terpusat pemikirannya pada suatu masalah dan tiba-tiba saja menemukan jawaban atas permasalahan tersebut. Tanpa melalui proses berfikir yang berliku-liku tiba-tiba saja dia sudah sampai disitu. Jawaban atas permasalahan yang sedang dipikirkannya muncul dibenaknya bagaikan kebenaran yang membukakan pintu. Atau bisa juga, intuisi ini bekerja dalam keadaan yang tidak sepenuhnya sadar, artinya jawaban atas suatu permasalahan ditemukan tidak tergantung waktu orang tersebut secara sadar sedang menggelutnya.
Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Seseorang yang sedang terpusat pemikirannya pada suatu masalah dan tiba-tiba saja menemukan jawaban atas permasalahan tersebut. Tanpa melalui proses berfikir yang berliku-liku tiba-tiba saja dia sudah sampai disitu. Jawaban atas permasalahan yang sedang dipikirkannya muncul dibenaknya bagaikan kebenaran yang membukakan pintu. Atau bisa juga, intuisi ini bekerja dalam keadaan yang tidak sepenuhnya sadar, artinya jawaban atas suatu permasalahan ditemukan tidak tergantung waktu orang tersebut secara sadar sedang menggelutnya.
Namun intuisi ini bersifat personal dan
tidak bisa diramalkan. Sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan secara teratur
maka intuisi ini tidak bisa diandalkan.
4.Wahyu
Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia. Pengetahuan ini disalurkan oleh nabi-nabi yang diutusnya sepanjang zaman. Agama merupakan pengetahuan bukan saja mengenai kehidupan sekarang yang terjangkau pengalaman, namun juga mencakup masalah-masalah yang bersifat transedental seperti latar belakang penciptaan manusia dan hari kemudian di akhirat nanti. Pengetahuan ini didasarkan kepada kepercayaan akan hal-hal yang ghaib ( supernatural ).
4.Wahyu
Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia. Pengetahuan ini disalurkan oleh nabi-nabi yang diutusnya sepanjang zaman. Agama merupakan pengetahuan bukan saja mengenai kehidupan sekarang yang terjangkau pengalaman, namun juga mencakup masalah-masalah yang bersifat transedental seperti latar belakang penciptaan manusia dan hari kemudian di akhirat nanti. Pengetahuan ini didasarkan kepada kepercayaan akan hal-hal yang ghaib ( supernatural ).
Keparcayaan kepada tuhan yang merupakan
sumber pengetahuan, kepercayaan kepada nabi sebagai perantara dan kepercayaan
terhadap wahyu sebagai cara penyampaian, merupakan dasar dari penyusunan
pengetahuan ini. Kepercayaan merupakan titik tolak dalam agama. Suatu
pernyataan harus dipercaya dulu untuk dapat diterima: pernyataan ini bisa saja
selanjutnya dikaji dengan metode lain.
4. Kriteria Kebenaran
Jika seseorang mempermasalahkan
dan ingin membuktikan apakah pengetahuan itu bernilai benar, menurut para ahli
estimologi dan para ahli filsafat, pada umumnya, untuk dapat membuktikan bahwa
pengetahuan bernilai benar, seseorang harus menganalisa terlebih dahulu cara,
sikap, dan sarana yang digunakan untuk membangun suatu pengetahuan. Seseorang
yang memperoleh pengetahuan melalui pengalaman indera akan berbeda cara
pembuktiannya dengan seseorang yang bertitik tumpu pada akal atau rasio,
intuisi, otoritas, keyakinan dan atau wahyu atau bahkan semua alat tidak
dipercayainya sehingga semua harus diragukan seperti yang dilakukan oleh faham
skeptisme yang ekstrim di bawah pengaruh Pyrrho.
Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang kebenaran, antara lain
sebagai berikut:
1. Teori Koherensi yaitu suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Misalnya bila kita menganggap bahwa, “semua manusia pasti akan mati” adalah suatu pernyataan benar maka pernyataan bahwa, “si polan adalah seorang manusia dan si polan pasti akan mati” adalah benar pula karena kedua pernyataan kedua adalah konsisten dengan pernyataan yang pertama.
1. Teori Koherensi yaitu suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Misalnya bila kita menganggap bahwa, “semua manusia pasti akan mati” adalah suatu pernyataan benar maka pernyataan bahwa, “si polan adalah seorang manusia dan si polan pasti akan mati” adalah benar pula karena kedua pernyataan kedua adalah konsisten dengan pernyataan yang pertama.
2.
Teori Korespondensi yang ditemukan oleh Bertrand
Russell (1872-1970). Suatu pernyataan dalah benar jika materi pengetahuan yang
dikandung pernyataan itu berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang
dituju oleh pernyataan tersebut. Misalnya jika seseorang mengatakan bahwa
ibukota republik Indonesia adalah Jakarta maka pernyataan tersebut adalah benar
sebab pernyataan itu dengan obyek yang bersifat faktual yakni Jakarta yang
memang menjadi ibukota republik Indonesia.
3.
Teori Pragmatis dicetuskan oleh Charles S.
Pierce (1839-1914). Suatu pernyataan adalah benar jika pernyataan itu atau
konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan
manusia.
Dari tiga teori
tersebut dapat disimpulkan bahwa kebenaran adalah kesesuaian arti dengan fakta
yang ada dengan putusan-putusan lain yang telah kita akui kebenarannya dan
tergantung kepada berfaedah tidaknya teori tersebut bagi kehidupan manusia.
0 komentar:
Posting Komentar