TUGAS
KIMIA ANALITIK
Oleh : Muhammad Ardiansyah (PPs Pend. Kimia)
Contoh-contoh analisis dalam ilmu kimia :
1. Analisis Kandungan
a. Menentukan kadar timbal (Pb) pada rambut Polisi Lalulintas
Polisi Lalulintas memiliki resiko yang sangat tinggi terkontaminasi polutan timbal (Pb) yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor, kadar timbal yang tinggi berdampak negatif pada kesehatan seorang Polisi Lalulintas. Kadar Pb dapat dianalisis dengan beberapa metode instrument analitik diantaranya menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectroscopy), sebelum dianalisis sampel rambut harus dilakukan perlakuan awal yaitu merubah ukuran sampel (menggunakan pelarut) tujuannya yang pertama untuk mengekstrak Pb yang ada pada rambut dan yang kedua untuk mempermudah proses nebulizer pada analisis AAS.
Gambar 1. Skema Analisis AAS
Gambar 2. Bagian-bagian AAS
Sumber : http://www.chemistry.nmsu.edu/Instrumentation/AAS_Cham_Body.jpg
Untuk menganalisis sampel timbal, maka lampu (HCL) pada AAS harus disesuaikan dengan sampel yang dianalisis, serapan atom pada proses nebulizer akan diterjemahkan oleh detector yang nantinya kadar Pb dalam sampel dapat diketahui
Danau Limboto merupakan salah satu sumber daya alam yang ada di Kabupaten Gorontalo. Danau ini memiliki fungsi ekologis dan ekonomis pada wilayah dan masyarakat di sekitar. Fakta yang ada sekarang menunjukan bahwa ekosistem danau Limboto telah rusak. Kerusakan ekosistem danau tersebut dapat diamati dari keadaan fisik dan biologis danau. Keadaan fisik menunjukan bahwa setiap tahun telah terjadi sedimentasi 46,66 cm dan peneyempitan danau yang berkisar antara 66,66 ha per tahun. Sedangkan keadaan biologis dapat dilihat dengan adanya pertumbuhan ganggang, eceng gondok serta tumbuhan air berukuran mikro yang berkembang biak dengan pesat (blooming) akibat berlebihnya fosfat.
Analisis kandungan fosfat menggunakan spketro UV-vis dengan cara membuat larutan standart terlebih dahulu, hasil pengukuran berupa nilai absorbansi dimana nilai absorbansi di buat grafik yang nantinya konsentrasi sampel dapat dicari dari persamaan grafik larutan standart. Adapun diagram spektrofotometer UV-vis sebagai berikut.
Gambar 3. Diagram Spektrofotometer
2. Analisis Struktur
a. Analisa senyawa organic dari buah mengkudu
Mengkudu (Morinda citrifolia L) atau di Jawa Barat lebuh dikenal dengan sebutan “cangkudu” merupakan pohon yang banyak tumbuh di daerah tropis, terutama di kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia. Sejalan dengan peningkatan kesadaran konsumen dan volume permintaan terhadap penggunaan obat alami, maka penelitian terhadap pohon mengkudu juga difokuskan untuk penggunaan sebagai bahan obat. Penggunaan khusus pohon mengkudu sebagai obat antara lain buah mengkudu berkhasiat untuk melancarkan urin, menurunkan kadar gula dan kolesterol darah. Sedangkan daun dan akarnya berkhasiat untuk obat sakit perut, disentri, serta eksim. Beberapa khasiat lain dari mengkudu dalam bentuk sediaan jus, kapsul, lulur antara lain sebagai antibiotik, antibakteri, aterioskerosis, artrisis, sakit punggung, beri – beri, kosmetik, dan antikanker. Daging buah mengkudu juga dapat diolah menjadi bahan makanan berserat tinggi (dietary fiber).
Pengujian kandungan komponen asam lemak dalam minyak mengkudu bertujuan untuk mengetahui jenis asam lemak yang ada dan dilakukan dengan menggunakan alat kromatografi gas. Data analisis data kualitatif berdasarkan perbandingan waktu retensi beberapa puncak kromatogram contoh terhadap standar asam lemak, maka diamati minyak mengkudu mengandung beberapa asam lemak yaitu asam palmitat, asam linolenat, asam oleat dan asam linoleat.
Kromatografi adalah suatu prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu proses migrasi, diperensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase atau lebih salah satunya bergerak secara berkesinambungan dalam arah tertentu dan didalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan adanya perbedaan dalam absorbsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul atau kerapatan muatan ion.
Gambar 4. Diagram kromatografi gas
Sumber : http://www.makanan.us/lain-lain/minyak-dari-biji-mengkudu
b. Senyawa Baru Organologam Kalium 18-Mahkota-6 yang Mengandung Turunan Fluorenil sebagai Karbanion
Sintesis 9-(2-metoksietil)-9H-fluorena dan 9-(2-metoksietil)-9H-fluorenil kalium bebas basa telah dilakukan. Reaksi senyawa terakhir dengan suatu basa Lewis heksadentat 18-mahkota-6 menghasilkan suatu kompleks baru jenis [MR(18-mahkota-6)] (R= FluCH2CH2OMe). Kedua senyawa dikarakterisasi dengan spektroskopi IR, NMR dan analisis struktur dengan sinar X. Struktur kristal K(18-mahkota-6)FluCH2CH2OMe memperlihatkan bahwa ion kalium tidak hanya berdekatan dengan ke enam atom oksigen dari eter mahkota, tetapi juga dengan gugus -OCH3 . Selain itu teramati pula suatu interaksi dihapto antara kation dan karbanion.
Gambar 5. Diagram NMR Spectroscopy
Gambar 6. Diagram Infra Red Spectroscopy
3. Analisis Distribusi
a. Peningkatan Mutu Membran Komposit Nanopori Selulosa Asetat-Polistirena Menggunakan Poli(Etilena Glikol)-2000
Penggunaan membran dalam proses desalinasi telah banyak dilaporkan. Salah satunya adalah membran selulosa asetat (CA). CA mudah terurai secara hayati sehingga berdampak pada kekuatannya. Pencampurannya dengan polimer sintetik, seperti polistirena (PS), dapat meningkatkan kekuatan membran yang terbentuk. Akan tetapi, pori-porinya tidak selalu seragam. Pengaruh penambahan porogen dan aplikasi membrane dalam proses desalinasi dipelajari dalam penelitian ini. Membran dibentuk dengan mencetak campuran menjadi lapisan tipis. Selanjutnya membran ditentukan nilai fluks air dan indeks rejeksi NaCl menggunakan modul alat saring cross flow dan dilakukan analisis terhadap morfologi permukaannya dengan mikroskop elektron susuran (SEM).
Hasil analisis SEM memperlihatkan bahwa PEG berpengaruh pada jumlah dan ukuran pori, serta tekstur permukaan membran. Hasil SEM menunjukkan bahwa membran tergolong nanofiltrasi dengan kisaran ukuran pori 120-240 nm dan tergolong asimetrik dari pembuatannya secara pembalikan fase. Selain itu, Nilai fluks air semakin tinggi dan nilai rejeksi NaCl semakin rendah dengan bertambahnya jumlah PEG. Nilai fluks air tertinggi terjadi pada membran 90:10:5, yaitu 291.2271 L/(jam.m 2 ), sedangkan nilai indeks rejeksi NaCl tertinggi terjadi pada membran 90:10:1, yaitu 55.97 %. Hasil ini menunjukkan bahwa membran yang dihasilkan dapat berfungsi dalam proses desalinasi.
Gambar 7. Diagram SEM
Gambar 8. Hasil SEM membrane
Sumber : http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/18005/G08rus_abstract.pdf?sequence=1
b. Persiapan Nanopartikel silver dan Karakterisasi
Sintesis Nano Partikel dan studi tentang ukuran dan sifat sangat penting fundamental dalam kemajuan penelitian baru-baru ini. Hal ini ditemukan bahwa sifat optik, elektronik, magnetik, dan katalitik dari partikel nano logam tergantung pada ukuran, bentuk dan sekitarnya kimia.
Dalam sintesis nanopartikel sangat penting untuk mengendalikan tidak hanya ukuran partikel, tetapi juga bentuk partikel dan morfologi juga. Dalam penyelidikan saat ini sintesis nanopartikel perak dengan rute kimia [4,5] dibahas, yang merupakan rute yang mudah, sederhana dan mudah untuk menyiapkan partikel logam dalam rentang nanometer. Partikel nano disusun perak telah tersebar di kloroform dan kemudian diuji menggunakan difraksi sinar-X (XRD), Mikroskop Elektron Transmisi (TEM) dan UV / Vis spektroskopi penyerapan. Studi ini mengungkapkan bahwa nanoprticles dipersiapkan dari ukuran rata-rata 16 nm, yang menunjukkan pentingnya pekerjaan ini.
Gambar 9. Diagram TEM
Gambar 10. Hasil TEM citra Ag partikel nano
4. Analisis Proses
a. Efektivitas Katalis Zeolit Cr/Zeolit Alam Pada Perengkahan Tir Batubara Menjadi Fraksi Bensin
Penelitian tir batubara telah banyak dilakukan Hasil perengkaban tir batubara berpotensi sebagai bahan bakar pengganti minyak bumi. Pemilihan katalis sangat menentukan hasil reaksi perengkahan tersebut. Penelitian ini meninjau efektivitas katalis kromium-zeolit alam dalam proses perengkahan tir batubara. Katalis kromium-zeolit alam dibuat melalui: aktivasi zeolit dam, pertukaran ion, kalsinasi, oksidasi dan reduksi.
Gambar 11. Pengaruh Jenis Katalis Terhadap Selektivitas Fraksi Bensin
Gambar 12. Pengaruh Katalsi Terhadap Prosentase Produk
b. Kajian Kinetika Untuk Menunjukkan Peran katalis KI Dalam Reaksi dekomposisi H2O2 Berdasarkan Penurunan Energi Aktivasi Secara Non-isotermal
Kinetika reaksi dekomposisi H202 dengan KI pada pH sekitar <5,3 berlaku mekanisme asam dengan produk berupa I2, pada pH sekitar 7,3 berlaku mekanisme basa dengan produk O2 dan pada pH antara 5.5-7,2 berlaku mekanisme campuran. Peran KI pada pH basa sebagai katalis dalam reaksi dekomposisi H202 secara non-isotermal menggunakan Persamaan Arrhenius dibuktikan berdasarkan perolehan harga E, sekitar 13.863kkal/mol sedangkan reaksi non-katalis sekitar 563 kkal/mol.
0 komentar:
Posting Komentar